Europe Trip saya kali ini akan dimulai di kota Bonn, kota kelahiran maestro asal Jerman, Ludwig van Beethoven. Alasan saya mengapa berkunjung ke kota ini adalah karena adanya ajakan relasi dan teman sekelas yang mengajak untuk berkunjung dan menginap di tempat mereka di Bonn. Setelah saya berdiskusi dan memperhitungkan segala sesuatunya, maka saya putuskan untuk stay di Bonn selama tiga hari, dimulai dari tanggal 25 Desember, sebelum akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke Prague pada tanggal 28 Desember dini hari.
How to reach Bonn?
Bagi yang akan travelling keliling Eropa, sangat penting bagi kita untuk bisa memilih dengan bijak jasa transportasi yang akan digunakan. Hal pertama yang harus dipertimbangkan bagi para mahasiswa adalah biaya perjalanan, yang kedua adalah keefektifannya, dan yang terakhir adalah kenyamanannya. Untuk bisa mencapai destination pertama saya, yaitu kota Bonn, terdapat beberapa alternatif. Kota yang jaraknya kurang-lebih 316 km dari kota Goettingen ini dapat ditempuh dengan menggunakan kereta atau mobil.
Bahn.de
Kereta adalah jasa transportasi yang paling umum digunakan. Kita bisa melihat harga yang ditawarkan jasa transporasi ini secara online di situs www.bahn.de. Tinggal pilih nama stasiun keberangkatan dan nama stasiun tujuan, tanggal keberangkatan, serta jenis kereta yang digunakan, ada yang kereta cepat (ICE) atau regular. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Apabila kita memesan jauh hari sebelum keberangkatan, biasanya ada tawaran tiket yang harganya 30-45% lebih murah dari harga tiket normal. Dan kereta yang berangkat di awal pagi biasanya akan lebih murah bila dibandingkan di siang harinya. Selain itu apabila kita punya Bahncard, kita bisa mendapatkan potongan harga lagi. Apabila cocok, kita bisa membeli tiketnya di mesin tiket yang tersedia di stasiun terdekat atau apabila kita punya kartu kredit, kita bisa membelinya secara online.
Mesin Fahrkarten di Bahnhof (stasiun kereta). Salah satu tempat untuk membeli tiket kereta dan mendapatkan kartu perjalanan
Sebagai contoh, untuk ke kota Bonn dari Goettingen, untuk keberangkatan 7 hari kemudian dengan menggunakan kereta reguler, harga tiket promo-nya paling murah biasanya sekitar 40 Euro dari harga normal rata-rata 72 Euro dengan lama tempuh sekitar 5 jam. Selain itu kita pun harus berganti-ganti kereta untuk sampai tujuan akhir kita. Ini memang salah satu kelemahan bila dibanding kereta super cepat (high speed train) ICE. Dengan Bahncard yang saya punya, saya bisa dapat diskon 25%, jadi harga akhirnya hanya sekitar 29 Euro. Walaupun dengan kereta kita bisa lebih nyaman, tapi harga 29 Euro masih cukup mahal bagi saya yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Setelah saya berdiskusi dengan teman sekelas saya yang asli orang Jerman, dia merekomendasikan saya untuk mencari informasi jasa transportasi mobil lewat situs mitfahrgelegenheit.de
Mitfahrgelegenheit.de
Mitfahrgelegenheit.de merupakan situs yang cukup populer dikalangan mahasiswa di Jerman, dan negara-negara Eropa sekitarnya sebagai alternatif untuk bisa lebih berhemat dalam melakukan perjalanan jauh. Dengan situs ini, kita bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berkendara dengan mobil dan menawarkan jasa tumpangan bagi mereka yang memiliki tujuan yang sama atau searah. Harga yang ditawarkan pun biasanya jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kereta. Karena pada prinsipnya, dengan imbalan yang kita berikan, kita pun dapat meringankan biaya yang dikeluarkan oleh si pengendara dalam menggunakan bahan bakar.
Masalahnya, kita tidak selalu dapat menemukan pengendara mobil yang akan pergi ke tempat yang satu arah atau satu tujuan dengan kita di waktu yang sama. Selain itu, bagi kita yang tidak bisa berbahasa Jerman, kita pun harus memastikan bahwa pengendara mobil yang akan kita tumpangi dapat berbahasa Inggris. Tidak terbayang apabila kita harus berkendara berjam-jam bersama orang yang tidak kita kenal dan juga kita tidak dapat berkomunikasi verbal satu sama lain. Selain itu, akan lebih baik apabila mobil yang akan kita tumpangi berlangganan ADAC. Jadi apabila mobil yang kita tumpangi tiba-tiba mogok di tengah jalan, perusahaan ADAC ini akan datang dan menyelamatkan kita dimana pun kita berada. Hal ini cukup penting untuk diperhatikan, mengingat di Jerman dan negara-negara Eropa lain, kita tidak bisa menemukan bengkel atau tambal ban di sembarang tempat. Berbeda sekali dengan kondisi di negara kita.
Lalu, apakah aman berkendara dengan orang yang tidak kita kenal?
Hmm… jadi terbayang film Mystic River (2003). Tapi itu mungkin tidak akan terjadi pada orang dewasa. Parah-parahnya mungkin kasus human trafficking seperti di film Taken (2008). Pertanyaan di atas sebetulnya sempat saya tanyakan ke teman Jerman saya. Dia bilang sih aman-aman saja. Karena jasa ini sudah cukup familiar untu di gunakan terutama bagi para mahasiswa yang belum punya penghasilan sendiri. Dia juga bilang, asalkan kita merasa kita bisa menjaga diri, it should be fine. Yang penting kita bisa jaga sikap dan tidak mengundang pikiran jahat orang-orang di sekitar kita. Lagipula, sebagai seorang pendatang, seharusnya punya asuransi (jiwa dan kesehatan) dan polisi-polisi di Jerman, bisa diandalkan.
SIngkat cerita, akhirnya saya mendapatkan satu-satunya pengendara mobil yang memiliki tujuan yang searah dan akan berkendara pada hari yang sama, yaitu hari Natal, 25 Desember 2011. Awalnya saya pikir, tidak akan ada yang berkendara jauh di hari itu. Karena biasanya orang-orang yang merayakan Natal harus sudah ada di rumah mereka sebelum Natal tiba. Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di negara kita. Setelah itu, langsung saja saya sms ke nomer HP pengendara yang tertera di situs tersebut. Nama yang tertulis di situs tersebut adalah Arne. Dari namanya, jelas dia bukan laki-laki. Saya berdoa saja, semoga masih ada space untuk saya. Sengaja saya tulis sms-nya dalam bahasa inggris, untuk mengetahui apakah dia bisa berbahasa inggris juga atau tidak. Tidak lama setelah itu, saya pun dapat balasan dari dia yang ternyata dalam bahasa inggris juga. Dia bilang, saya bisa ikut berkendara dengan dia, kita akan berangkat dari kota Kassel (25 menit dengan kereta dari Goettingen) pada jam 12.00 CET. Biaya yang dikenakan adalah 15 Euro. Dari gaya bahasa yang dia gunakan, orang ini terbayang sangat welcome dan menyenangkan serta pandai berbahasa inggris. Maka, tidak ragu lagi bagi saya untuk ikut menumpang mobilnya. Lagi pula, harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding menggunakan kereta. Selain itu, untuk ke kota Kassel, saya bisa menggunakan Semester Ticket yang sudah include dalam kartu pelajar saya di Goettingen University. Berdasarkan informasi dari google map, waktu tempuh dari Kassel ke Bonn dengan menggunakan mobil lebih cepat, yaitu sekitar 3 jam saja.
Along the Journey to Bonn
Perjalanan menuju kota Bonn sangat menyenangkan. Ternyata saya bukanlah satu-satunya orang yang menumpang mobilnya Arne, tapi ada juga seorang laki-laki asal China yang juga akan pergi ke satu desa tempat temannya tinggal, tidak jauh dari kota Bonn. Diliat dari umurnya, hanya beberapa tahun lebih tua dari saya. Begitu juga dengan Arne dan kekasihnya. Jadi, ternyata Arne ini adalah seorang gadis asal Polandia, sedangkan kekasihnya asli orang Jerman. Mereka baru saja menghabiskan malam Natal di rumah sang kekasih di Kota Kassel dan akan pergi ke rumah keluarga Arne yang sudah pindah bertahun-tahun yang lalu ke kota Cologne yang jaraknya tidak jauh dari Bonn.
Mobil yang kami gunakan dalam perjalanan menuju kota Bonn
Arne adalah gadis yang cukup talk-active. Mungkin dia sangat senang karena di mobilnya terdapat orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Jadi semacam multicultural. Sedangkan sang kekasih hanya menimpalinya sesekali, karena harus fokus menyetir. Selama perjalanan, kami pun bercerita banyak. Tentang, Polandia, Jerman, Cina, dan tentunya Indonesia. Berbicara mulai dari keadaan demografi, sejarah, politik, agama, turism dan juga kuliner. Kami belajar dan menghargai satu sama lain. Bahkan, ketika saya minta izin untuk beribadah di dalam mobil pun, mereka sangat terbuka. Sungguh suatu perjalanan yang mengesankan. Tiga jam perjalanan sangat tidak terasa bagi kami karena kami terlarut dalam obrolan yang menyenangkan. Sampai akhirnya kami pun sampai di kota Bonn, dan berhenti di parkiran di depan Haufbahnhof (stasiun kereta utama) kota Bonn. Setelah membantu menurunkan barang-barang saya, dan mengucapkan perpisahan, mereka pun melanjutkan perjalananya ke kota Cologne. Sedangkan saya, masih menunggu teman sekelas saya yang katanya akan menjemput saya di dekat stasiun beberapa menit lagi untuk bertandang ke rumahnya. Bonn was a nice city..
Sedikit tentang Bonn, die Bundesstadt
Bonn merupakan kota metropolitan yang terletak di selatan Jerman dan terletak hanya sekitar 30 kilometer dari Cologne, kota terbesar keempat di Jerman. Bonn juga merupakan ibukota dari Jerman Barat sejak tahun 1949 hingga akhirnya Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu pada tahun 1990 dan secara resmi status ibukotanya dipindahkan ke kota Berlin. Kota ini dibelah oleh sungai Rhine yang mengalir dari Grison di pegunungan Alpen di Swiss ke pantai Laut Utara di Belanda dan merupakan salah satu sungai terpanjang di Eropa. Walaupun Berlin menggantikan Bonn sebagai ibukota sejak tahun 1990, Bonn masih menjadi pusat perpolitikan dan administrasi negara. Sebagian dari tugas pemerintahan dan banyak departemen pemerintahan masih beroperasi di Bonn. Oleh karena itu, Bonn juga disebut sebagai "Bundesstadt" (Federal City).
Sunrise di Kota Bonn
Saat ini Bonn telah berkembang mejadi penghubung korporasi internasional terutama dalam bidang lingkungan dan pengembangan berkelanjutan (sustainable development). Institusi-institusi internasional terkenal seperti IUCN Environmental Law Center (IUCN ELC) dan 18 institusi PBB (United Nations) lainnya berada di kota ini. Kota ini menjadi banyak pusat pertemuan dan konferensi baik skala nasional maupun internasional baik yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan PBB. Bahkan saat ini sedang dibangun pusat pertemuan yang dapat menampung ribuan partisipan di sekitar Kampus PBB di kota ini.
Kota Bonn juga terkenal dengan University of Bonn, sebagai salah satu institusi pendidikan yang memiliki reputasi tinggi di Jerman. Selain itu, Bonn juga dikenal sebagai kota tempat tinggal Archbishops, seseorang yang memiliki kewenangan untuk memilih pangeran Cologne, dan kota tempat kelahiran dari komposer dan pianis terkenal Ludwig van Beethoven (1770).
to be continued…