Category: Travelling


 

Europe Trip saya kali ini akan dimulai di kota Bonn, kota kelahiran maestro asal Jerman, Ludwig van Beethoven. Alasan saya mengapa berkunjung ke kota ini adalah karena adanya ajakan relasi dan teman sekelas yang mengajak untuk berkunjung dan menginap di tempat mereka di Bonn. Setelah saya berdiskusi dan memperhitungkan segala sesuatunya, maka saya putuskan untuk stay di Bonn selama tiga hari, dimulai dari tanggal 25 Desember, sebelum akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke Prague pada tanggal 28 Desember dini hari.

How to reach Bonn?

Bagi yang akan travelling keliling Eropa, sangat penting bagi kita untuk bisa memilih dengan bijak jasa transportasi yang akan digunakan. Hal pertama yang harus dipertimbangkan bagi para mahasiswa adalah biaya perjalanan, yang kedua adalah keefektifannya, dan yang terakhir adalah kenyamanannya. Untuk bisa mencapai destination pertama saya, yaitu kota Bonn, terdapat beberapa alternatif. Kota yang jaraknya kurang-lebih 316 km dari kota Goettingen ini dapat ditempuh dengan menggunakan kereta atau mobil.

 

Bahn.de

Kereta adalah jasa transportasi yang paling umum digunakan. Kita bisa melihat harga yang ditawarkan jasa transporasi ini secara online di situs www.bahn.de. Tinggal pilih nama stasiun keberangkatan dan nama stasiun tujuan, tanggal keberangkatan, serta jenis kereta yang digunakan, ada yang kereta cepat (ICE) atau regular. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Apabila kita memesan jauh hari sebelum keberangkatan, biasanya ada tawaran tiket yang harganya 30-45% lebih murah dari harga tiket normal. Dan kereta yang berangkat di awal pagi biasanya akan lebih murah bila dibandingkan di siang harinya. Selain itu apabila kita punya Bahncard, kita bisa mendapatkan potongan harga lagi. Apabila cocok, kita bisa membeli tiketnya di mesin tiket yang tersedia di stasiun terdekat atau apabila kita punya kartu kredit, kita bisa membelinya secara online.

 

Mesin Fahrkarten di Bahnhof (stasiun kereta). Salah satu tempat untuk membeli tiket kereta dan mendapatkan kartu perjalanan 

 

Sebagai contoh, untuk ke kota Bonn dari Goettingen, untuk keberangkatan 7 hari kemudian dengan menggunakan kereta reguler, harga tiket promo-nya paling murah biasanya sekitar 40 Euro dari harga normal rata-rata 72 Euro dengan lama tempuh sekitar 5 jam. Selain itu kita pun harus berganti-ganti kereta untuk sampai tujuan akhir kita. Ini memang salah satu kelemahan bila dibanding kereta super cepat (high speed train) ICE. Dengan Bahncard yang saya punya, saya bisa dapat diskon 25%, jadi harga akhirnya hanya sekitar 29 Euro. Walaupun dengan kereta kita bisa lebih nyaman, tapi harga 29 Euro masih cukup mahal bagi saya yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Setelah saya berdiskusi dengan teman sekelas saya yang asli orang Jerman, dia merekomendasikan saya untuk mencari informasi jasa transportasi mobil lewat situs mitfahrgelegenheit.de

 

Mitfahrgelegenheit.de

Mitfahrgelegenheit.de merupakan situs yang cukup populer dikalangan mahasiswa di Jerman, dan negara-negara Eropa sekitarnya sebagai alternatif untuk bisa lebih berhemat dalam melakukan perjalanan jauh. Dengan situs ini, kita bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berkendara dengan mobil dan menawarkan jasa tumpangan bagi mereka yang memiliki  tujuan yang sama atau searah. Harga yang ditawarkan pun biasanya jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kereta. Karena pada prinsipnya, dengan imbalan yang kita berikan, kita pun dapat meringankan biaya yang dikeluarkan oleh si pengendara dalam menggunakan bahan bakar.

 

Masalahnya, kita tidak selalu dapat menemukan pengendara mobil yang akan pergi ke tempat yang satu arah atau satu tujuan dengan kita di waktu yang sama. Selain itu, bagi kita yang tidak bisa berbahasa Jerman, kita pun harus memastikan bahwa pengendara mobil yang akan kita tumpangi dapat berbahasa Inggris. Tidak terbayang apabila kita harus berkendara berjam-jam bersama orang yang tidak kita kenal dan juga kita tidak dapat berkomunikasi verbal satu sama lain. Selain itu, akan lebih baik apabila mobil yang akan kita tumpangi berlangganan ADAC. Jadi apabila mobil yang kita tumpangi tiba-tiba mogok di tengah jalan, perusahaan ADAC ini akan datang dan menyelamatkan kita dimana pun kita berada. Hal ini cukup penting untuk diperhatikan, mengingat di Jerman dan negara-negara Eropa lain, kita tidak bisa menemukan bengkel atau tambal ban di sembarang tempat. Berbeda sekali dengan kondisi di negara kita.

 

Lalu, apakah aman berkendara dengan orang yang tidak kita kenal?

Hmm… jadi terbayang film Mystic River (2003). Tapi itu mungkin tidak akan terjadi pada orang dewasa. Parah-parahnya mungkin kasus human trafficking seperti di film Taken (2008). Pertanyaan di atas sebetulnya sempat saya tanyakan ke teman Jerman saya. Dia bilang sih aman-aman saja. Karena jasa ini sudah cukup familiar untu di gunakan terutama bagi para mahasiswa yang belum punya penghasilan sendiri. Dia juga bilang, asalkan kita merasa kita bisa menjaga diri, it should be fine. Yang penting kita bisa jaga sikap dan tidak mengundang pikiran jahat orang-orang di sekitar kita. Lagipula, sebagai seorang pendatang, seharusnya punya asuransi (jiwa dan kesehatan) dan polisi-polisi di Jerman, bisa diandalkan.

 

SIngkat cerita, akhirnya saya mendapatkan satu-satunya pengendara mobil yang memiliki tujuan yang searah dan akan berkendara pada hari yang sama, yaitu hari Natal, 25 Desember 2011. Awalnya saya pikir, tidak akan ada yang berkendara jauh di hari itu. Karena biasanya orang-orang yang merayakan Natal harus sudah ada di rumah mereka sebelum Natal tiba. Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di negara kita. Setelah itu, langsung saja saya sms ke nomer HP pengendara yang tertera di situs tersebut. Nama yang tertulis di situs tersebut adalah Arne. Dari namanya, jelas dia bukan laki-laki. Saya berdoa saja, semoga masih ada space untuk saya. Sengaja saya tulis sms-nya dalam bahasa inggris, untuk mengetahui apakah dia bisa berbahasa inggris juga atau tidak. Tidak lama setelah itu, saya pun dapat balasan dari dia yang ternyata dalam bahasa inggris juga. Dia bilang, saya bisa ikut berkendara dengan dia, kita akan berangkat dari kota Kassel (25 menit dengan kereta dari Goettingen) pada jam 12.00 CET. Biaya yang dikenakan adalah 15 Euro. Dari gaya bahasa yang dia gunakan, orang ini terbayang sangat welcome dan menyenangkan serta pandai berbahasa inggris. Maka, tidak ragu lagi bagi saya untuk ikut menumpang mobilnya. Lagi pula, harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding menggunakan kereta. Selain itu, untuk ke kota Kassel, saya bisa menggunakan Semester Ticket yang sudah include dalam kartu pelajar saya di Goettingen University. Berdasarkan informasi dari google map, waktu tempuh dari Kassel ke Bonn dengan menggunakan mobil lebih cepat, yaitu sekitar 3 jam saja.

 

Along the Journey to Bonn

Perjalanan menuju kota Bonn sangat menyenangkan. Ternyata saya bukanlah satu-satunya orang yang menumpang mobilnya Arne, tapi ada juga seorang laki-laki asal China yang juga akan pergi ke satu desa tempat temannya tinggal, tidak jauh dari kota Bonn. Diliat dari umurnya, hanya beberapa tahun lebih tua dari saya. Begitu juga dengan Arne dan kekasihnya. Jadi, ternyata Arne ini adalah seorang gadis asal Polandia, sedangkan kekasihnya asli orang Jerman. Mereka baru saja menghabiskan malam Natal di rumah sang kekasih di Kota Kassel dan akan pergi ke rumah keluarga Arne yang sudah pindah bertahun-tahun yang lalu ke kota Cologne yang jaraknya tidak jauh dari Bonn.

 

CIMG0583

Mobil yang kami gunakan dalam perjalanan menuju kota Bonn

 

Arne adalah gadis yang cukup talk-active. Mungkin dia sangat senang karena di mobilnya terdapat orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Jadi semacam multicultural. Sedangkan sang kekasih hanya menimpalinya sesekali, karena harus fokus menyetir. Selama perjalanan, kami pun bercerita banyak. Tentang, Polandia, Jerman, Cina, dan tentunya Indonesia. Berbicara mulai dari keadaan demografi, sejarah, politik, agama, turism dan juga kuliner. Kami belajar dan menghargai satu sama lain. Bahkan, ketika saya minta izin untuk beribadah di dalam mobil pun, mereka sangat terbuka. Sungguh suatu perjalanan yang mengesankan. Tiga jam perjalanan sangat tidak terasa bagi kami karena kami terlarut dalam obrolan yang menyenangkan. Sampai akhirnya kami pun sampai di kota Bonn, dan berhenti di parkiran di depan Haufbahnhof (stasiun kereta utama) kota Bonn. Setelah membantu menurunkan barang-barang saya, dan mengucapkan perpisahan, mereka pun melanjutkan perjalananya ke kota Cologne. Sedangkan saya, masih menunggu teman sekelas saya yang katanya akan menjemput saya di dekat stasiun beberapa menit lagi untuk bertandang ke rumahnya. Bonn was a nice city..

 

Sedikit tentang Bonn, die Bundesstadt

Bonn merupakan kota metropolitan yang terletak di selatan Jerman dan terletak hanya sekitar 30 kilometer dari Cologne, kota terbesar keempat di Jerman. Bonn juga merupakan ibukota dari Jerman Barat sejak tahun 1949 hingga akhirnya Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu pada tahun 1990 dan secara resmi status ibukotanya dipindahkan ke kota Berlin. Kota ini dibelah oleh sungai Rhine yang mengalir dari Grison di pegunungan Alpen di Swiss ke pantai Laut Utara di Belanda dan merupakan salah satu sungai terpanjang di Eropa. Walaupun Berlin menggantikan Bonn sebagai ibukota sejak tahun 1990, Bonn masih menjadi pusat perpolitikan dan administrasi negara. Sebagian dari tugas pemerintahan dan banyak departemen pemerintahan masih beroperasi di Bonn. Oleh karena itu, Bonn juga disebut sebagai "Bundesstadt" (Federal City).

Sunrise di Kota Bonn

Saat ini Bonn telah berkembang mejadi penghubung korporasi internasional terutama dalam bidang lingkungan dan pengembangan berkelanjutan (sustainable development). Institusi-institusi internasional terkenal seperti IUCN Environmental Law Center (IUCN ELC) dan 18 institusi PBB (United Nations) lainnya berada di kota ini. Kota ini menjadi banyak pusat pertemuan dan konferensi baik skala nasional maupun internasional baik yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan PBB. Bahkan saat ini sedang dibangun pusat pertemuan yang dapat menampung ribuan partisipan di sekitar Kampus PBB di kota ini.

Kota Bonn juga terkenal dengan University of Bonn, sebagai salah satu institusi pendidikan yang memiliki reputasi tinggi di Jerman. Selain itu, Bonn juga dikenal sebagai kota tempat tinggal Archbishops, seseorang yang memiliki kewenangan untuk memilih pangeran Cologne, dan kota tempat kelahiran dari komposer dan pianis terkenal Ludwig van Beethoven (1770).

 

to be continued…

 

Hello world!!

 

Hmm… sebenarnya sudah lama sekali ingin menuliskan pengalaman ini. Ternyata butuh waktu satu tahun untuk menemukan mood dan momen yang tepat. Masih terekam jelas di pikiran setiap momen yang dilewati saat liburan natal dan tahun baru di tahun kemarin ketika menjalani program mobility di Jerman lewat program beasiswa Erasmus Mundus Action 2: EXPERTS. Ini juga akan menjadi momen yang tepat untuk kembali bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan teman-teman yang telah banyak membantu selama perjalanan panjang di musim dingin tahun lalu.

 

Seperti teman-teman yang lain, libur natal dan tahun baru menjadi momen yang ditunggu-tunggu bagi transferred mahasiswa seperti saya untuk travelling keliling Eropa. Oleh karena itu, di bulan-bulan sebelumnya, saya sengaja menghemat pengeluaran dari uang bulanan yang didapat dari beasiswa ini. Saya beruntung bahwa kondisi cuaca di musim dingin 2011 lalu tidak begitu ekstrim. Bisa dibilang, musim dingin tahun itu agak telat. Saya masih ingat waktu itu, walaupun sudah pertengahan bulan Desember dan mendekali hari natal, tapi belum ada sebutir salju pun yang menghiasi kota kecil Goettingen dan sekitarnya, padahal suhu sudah di bawah nol derajat Celcius dan udara sangat kering (arid).

 

Terkait travelling ini, awalnya saya berkomitmen untuk tidak melakukan travelling ke tempat-tempat yang jauh apalagi sampai ke luar Jerman selama program mobility ini. Saya ingin fokus belajar dan mendalami keilmuan saya. Mempersiapkan ujian dan tugas-tugas semaksimal mungkin dan menunjukan performa terbaik ke profesor-profesor di sana. Saya rasa saya agak khawatir karena sistem pendidikan di Jerman cukup berbeda dengan di Indonesia. Belum lagi sistem ujian yang kebanyakan adalah oral exam. Tapi akhirnya komitmen itu luntur juga. Saya sadar bahwa ilmu dan pembelajaran yang berharga tidak hanya ada di kelas dan perkuliahan, tapi dengan travelling dan melihat keadaan sekitar pun kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa mendapatkan banyak inspirasi dan gagasan baru hanya dengan melihat. Banyak teknologi-teknologi yang telah diterapkan di negara-negara Eropa yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Belum lagi kondisi demografi dan sejarah dari setiap negara-negara yang berbeda-beda. Dan saya yakinkan diri saya, travelling tidak akan mengganggu akademik saya. Karena pada dasarnya semua tergantung pada manajemen kita dalam mengatur waktu dan proritas.

 

Isu-isu untuk melakukan Europe Trip memang sudah mulai didengung-dengungkan di antara teman-teman yang berasal dari berbagai negara sejak memasuki bulan Desember. Saya sendiri sudah mulai mencari kemungkinan-kemungkinan beberapa negara di Eropa untuk dikunjungi. Ke Eropa bagian barat kah? atau timur? Semua itu tentu disesuaikan dengan dengan budget yang ada, networking, sightseeing dan waktu yang tersedia. Saya pun mulai mencari promo-promo yang ditawarkan oleh beberapa jasa transportasi. Untuk bis ada Eurolines (http://www.eurolines.com/en/), untuk kereta ada Deutsch Bahn (http://www.bahn.com) atau Eurorail (http://www.eurail.com/), untuk pesawat ada Ryan Air (http://www.ryanair.com/en). Semua ada plus dan minus-nya. Tak lupa saya juga menghubungi teman-teman Indonesia yang sedang study di negara-negara Eropa lainnya dan menanyakan kemungkinan untuk saya main dan berlibur disana beberapa hari. Siapa tau mereka bersedia menjadi guide untuk kita atau mengijinkan kita menginap ditempat mereka dengan gratis, :)

 

Tidak asyik rasanya kalau kita pergi travelling sendirian. Tidak ada teman untuk mengobrol,  bercanda atau saling menjaga selama perjalanan. Minimal ada teman untuk mengambil gambar kita saat kita menemukan spot-spot yang menarik secara bergantian. Tapi dengan siapa? Beberapa teman asing menawarkan saya untuk bergabung dengan group mereka untuk travelling di liburan natal dan tahun baru nanti. Tapi entah kenapa hati kurang begitu sreg. Mungkin karena saya belum kenal dekat dengan mereka. Selain itu, sebagai seorang muslim, saya punya waktu khusus untuk beribadah dan juga harus pilih-pilih dalam hal makanan, jadi jika saya rasa bergabung dan menjadi follower dalam group travelling bersama orang-orang yang belum paham tentang keyakinan saya bukanlah ide yang bagus. Pasti nanti agak sedikit canggung, apalagi travelling ini akan akan memakan waktu berhari-hari. Jadi saya putuskan saja untuk mencari teman-teman Indonesia di Goettingan yang mau travelling juga. Kalaupun ada teman-teman asing yang mau bergabung, minimal kita yang menjadi master mind atau leader untuk travelling nanti. Syukurlah, Mba Dita mahasiswi S2 yang merupakan transferred student dari program beasiswa yang sama ternyata memiliki pemikiran yang sama. Maka kami mulai berdiskusi, menyusun rencana dan informasi secara detail untuk travelling nanti. Tak lupa kami pun mengajak beberapa teman lain untuk bergabung bersama kami.

 

Setelah berdiskusi dan melihat kemungkinan dan pilihan yang ada, akhirnya kami putuskan untuk pergi travelling ke beberapa negara di bagian timur Eropa, yaitu Prague (Ceko), Bratislava (Slovakia), Vienna (Austria) dan Budapest (Hungary). Sebelum ke Prague, saya sendiri sudah berencana untuk menginap beberapa hari di Bonn di tempat relasi dan teman sekelas saya. Jadi kami akan bertemu di Prague pada tanggal 28 Desember 2011 dan mengakhiri perjalanan ini pada tanggal 4 Januari 2012. Teman-teman yang bersedia menampung dan menjadi guide kami telah dihubungi, tiket perjalanan dan akomodasi di hotel telah dipesan. Mental, fisik dan segala perlengkapan telah disiapkan termasuk jaket musim dingin dan kamera telah disiapkan. Kami juga telah membuat daftar tempat-tempat yang wajib dikunjungi di setiap negaranya. Akhirnya saya, Mba Dita, Mba Konny (Mahasiswi S3 asal Indonesia) serta satu mahasiswi S3 asal Thailand, P’Koy, sepakat untuk travelling bersama saat liburan natal dan tahun baru nanti. Berikut adalah rencana rute perjalanan dan itinerary (rencana perjalanan) saya:

 

f

Rute travelling saat liburan natal dan tahun baru 2011

Itinerary (Rencana Perjalanan)

Date Time (CET*) From to by
25.12.2011 11.00 Göttingen Kassel Cantus Train
25.12.2011 12.00 Kassel Bonn Mitfahrgelegenheit
28.12.2011 01.35 Bonn Prague ICE Train
31.12.2011 07.00 Prague Bratislava Eurolines Bus
1.1.2012 08.00 Bratislava Vienna Eurolines Bus
1.1.2012 15.00 Vienna Bratislava Eurolines Bus
1.1.2012 19.30 Bratislava Budapest Eurolines Bus
04.01.12 11.10 Budapest Göttingen ICE Train

*) CET = Central European Time

 

 

Dan perjalanan pun dimulai…

 

to be continued..

 

Di antara sekian banyak penggemar sepak bola, tidak banyak dari mereka yang juga senang memperhatikan detail dari arena tempat pertandingan berlangsung. Padahal ini adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam pertandingan sepak bola. Apakah sempat terlintas di kepala kita sebuah pertanyaan tentang, sebanyak apa suatu stadion dapat menampung supporter yang hadir, bagaimana pihak stadion dapat memastikan keamanan pemain-pemain di sana  dan mengatur supporter yang datang membanjiri arena pertandingan pada pertandingan-pertandingan super penting, atau fasilitas apa saja yang terdapat di dalam markas stadion dari klub-klub sepakbola raksasa dunia, apakah sama dengan stadion terbesar di kota kita? Dan tentu saja, stadion sepak bola ini menjadi simbol singgasana dari klub sepak bola di sana. Hebatnya lagi, stadion-stadion besar markas klub-klub sepak bola raksasa bukanlah stadion biasa. Sebut saja, Old Trafford, San Siro, Santiago Bernabéu, atau yang lainnya. Mereka dirancang sedemikian rupa dengan begitu indahnya oleh arsitek-arsitek terkenal dengan menghabiskan biaya berjuta-juta dollar. Seperti apa sih hebatnya? Baca terus tulisan ini ya…

 

Siapa yang tidak tahu nama ini, Allianz Arena? Setiap orang yang fanatik pada sepakbola harus mengetahuinya, apalagi bagi mereka yang selalu update informasi tentang Liga Champions, karena tanggal 19 Mei waktu setempat atau 20 Mei waktu Indonesia, dua raksasa sepakbola, Chelsea FC dan FC Bayern München, akan berjuang mati-matian untuk bisa mengangkat piala paling bergengsi ini dan membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik di Liga Eropa.

 

Allianz Arena adalah stadion sepakbola yang terletak di bagian utara Munich, Jerman. Stadion yang memiliki kapasitas 66.000 penonton ini merupakan rumah bagi dua klub sepakbola Jerman, yaitu, Bayern München FC dan TSV 1860 München. Stadion yang menghabiskan dana 340 juta euro atau 4 triliun rupiah ini adalah stadion terbesar ketiga di Jerman setelah Signal Iduna Park di Dortmund dan Olimpiastadion di Berlin. Stadion yang bagian luarnya dapat memancarkan tiga warna berbeda ini dirancang oleh firma arsitektur Swiss, Herzog & de Meuron, yang juga menjadi perancang Stadion Nasional Beijing yang sangat terkenal karena bentuknya yang menyerupai sarang burung. Konon, ini adalah stadion pertama di dunia yang dapat merubah warna bagian luarnya secara keseluruhan. Allianz Arena berwarna merah ketika Bayern München bermain, berwarna biru ketika 1860 München bermain dan berwarna putih untuk Tim nasional Jerman.

 

Indahnya warna-warni Allianz Arena

 

Bagian luar dari stadion ini tersusun dari 2.874 foil panel ETFE (Ethylene tetrafluoroethylene) berbentuk belah ketupat yang berisi udara. Tebal dari foil ini hanya 0,2 mm. Sangat rentan rusak memang, tapi petugas di sana selalu melakukan pengecakan dan perawatan untuk menjaga kualitas dari stadion ini. Setiap panel dapat diterangi oleh tiga lampu dengan warna berbeda. Untuk menyalakan lampu-lampu ini secara keseluruhan, mereka hanya perlu membayar 50 euro atau 600 ribu rupiah per jamnya.

 

Allianz Arena bukanlah nama original dari stadion yang pertama kali dibuka pada Mei 2005 ini. Karena sejak Piala Dunia 2006 di Jerman, stadion ini dikenal sebagai FIFA World Cup Stadium Munich. Namun setelah itu, perusahaan asuransi terkemuka asal negeri Panzer ini, Allianz, bersedia membayar banyak agar namanya bisa tercantum di stadion ini dengan kontrak berjangka waktu 30 tahun. Dulu, kepemilikan stadion ini berada di kedua tim, yaitu Bayern München FC dan TSV 1860 München. Namun, karena krisis keuangan TSV 1860 Muenchen, maka FC Bayern München mengambil alih kepemilikan Allianz Arena secara keseluruhan.

 

Apabila Anda sedang berada di kota München, Anda bisa mampir ke stadion ini walaupun sedang tidak ada pertandingan di sana. Karena dengan uang 10 euro, kita bisa mengikuti tour guide pada jam 1 siang untuk bisa melihat-lihat isi dari stadion ini, termasuk ruang ganti yang biasa dipakai pemain sebelum mereka bertanding. Kalau beruntung, kita bisa bertemu dengan pemain yang sedang berlatih di sana.

 

Fasilitas yang ada di stadion ini cukup lengkap. Untuk menunjang keamanan, mereka memiliki banyak kamera CCTV di berbagai titik yang terpusat ke ruang keamanan. Dan setiap habis pertandingan, pihak stadion harus bisa mengosongkan stadion dalam waktu 1 jam. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan para pemain dari hal-hal yang tidak diinginkan. Terdapat 550 toilet dan 190 monitor di dalam stadion ini untuk menunjang kenyamanan supporter yang hadir. Apabila merasa lapar saat menonton pertandingan, kita bisa membeli makanan dan minuman di sekitar stadion. Untuk kursi penonton sendiri terdapat banyak macamnya. Selain kursi dengan kelas standar, stadion ini juga memiliki 2.000 kursi untuk kelas bisnis dan 400 kursi untuk press. Untuk tamu istimewa, terdapat box mewah yang bisa ditempati oleh 106 orang. Terdapat pula 165 tempat khusus bagi para pengguna kursi roda.

 

Perawatan rumput lapangan rutin dilakukan. Terdapat orang-orang khusus yang bertugas menjaga kualitas dari rumput yang ada di lapangan (plant protector). Mereka harus menjaga suhu, kelembaban, nutrisi serta pasokan sinar matahari agar rumput tetap segar. Hama dan penyakit sebisa mungkin dihindarkan dari rumput-rumput ini. Dan yang paling penting, tinggi serta ketebalan rumputnya pun dijaga dan disesuaikan agar pemain dapat bergerak lincah di atasnya.

 

CIMG0495

Perawatan rumput saat musim dingin akhir 2011

Apabila ingin membeli merchandise, kita bisa pergi ke Fansclub Megastore di bagian bawah stadion. Terdapat dua Fansclub Megastore di stadion ini. Yang satu khusus untuk Bayern München FC dan satu lagi khusus untuk TSV 1860 München.

 

Untuk mencapai stadion ini, dari München Hbf atau stasiun kereta utama kota München, kita harus naik U-Bahn di jalur U6 dan berhenti di stasiun Fröttmaning U-Bahn. Stadion Allianz Arena terletak tidak jauh dari stasiun ini. Hanya dengan jalan kaki 10 menit, kita bisa sampai tepat di depan stadion sepak bola yang indah ini.

 

Ini adalah euforia yang terlihat saat FC Bayern Munchen melawan TSV 1860 München pada tahun 2005. Kira-kira, bagaimana ya euforia saat final liga Champions nanti?

 

I have checked the temperature outside the window, 0oC. And I have to go to the Bahnhof (train station) this early morning with some of my friends. Kein Problem. I have been ready for everything. Berlin, I’m coming….

4.17 CET

22th October 2011

Autumn in Goettingen