Category: Overseas


 

Europe Trip saya kali ini akan dimulai di kota Bonn, kota kelahiran maestro asal Jerman, Ludwig van Beethoven. Alasan saya mengapa berkunjung ke kota ini adalah karena adanya ajakan relasi dan teman sekelas yang mengajak untuk berkunjung dan menginap di tempat mereka di Bonn. Setelah saya berdiskusi dan memperhitungkan segala sesuatunya, maka saya putuskan untuk stay di Bonn selama tiga hari, dimulai dari tanggal 25 Desember, sebelum akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke Prague pada tanggal 28 Desember dini hari.

How to reach Bonn?

Bagi yang akan travelling keliling Eropa, sangat penting bagi kita untuk bisa memilih dengan bijak jasa transportasi yang akan digunakan. Hal pertama yang harus dipertimbangkan bagi para mahasiswa adalah biaya perjalanan, yang kedua adalah keefektifannya, dan yang terakhir adalah kenyamanannya. Untuk bisa mencapai destination pertama saya, yaitu kota Bonn, terdapat beberapa alternatif. Kota yang jaraknya kurang-lebih 316 km dari kota Goettingen ini dapat ditempuh dengan menggunakan kereta atau mobil.

 

Bahn.de

Kereta adalah jasa transportasi yang paling umum digunakan. Kita bisa melihat harga yang ditawarkan jasa transporasi ini secara online di situs www.bahn.de. Tinggal pilih nama stasiun keberangkatan dan nama stasiun tujuan, tanggal keberangkatan, serta jenis kereta yang digunakan, ada yang kereta cepat (ICE) atau regular. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Apabila kita memesan jauh hari sebelum keberangkatan, biasanya ada tawaran tiket yang harganya 30-45% lebih murah dari harga tiket normal. Dan kereta yang berangkat di awal pagi biasanya akan lebih murah bila dibandingkan di siang harinya. Selain itu apabila kita punya Bahncard, kita bisa mendapatkan potongan harga lagi. Apabila cocok, kita bisa membeli tiketnya di mesin tiket yang tersedia di stasiun terdekat atau apabila kita punya kartu kredit, kita bisa membelinya secara online.

 

Mesin Fahrkarten di Bahnhof (stasiun kereta). Salah satu tempat untuk membeli tiket kereta dan mendapatkan kartu perjalanan 

 

Sebagai contoh, untuk ke kota Bonn dari Goettingen, untuk keberangkatan 7 hari kemudian dengan menggunakan kereta reguler, harga tiket promo-nya paling murah biasanya sekitar 40 Euro dari harga normal rata-rata 72 Euro dengan lama tempuh sekitar 5 jam. Selain itu kita pun harus berganti-ganti kereta untuk sampai tujuan akhir kita. Ini memang salah satu kelemahan bila dibanding kereta super cepat (high speed train) ICE. Dengan Bahncard yang saya punya, saya bisa dapat diskon 25%, jadi harga akhirnya hanya sekitar 29 Euro. Walaupun dengan kereta kita bisa lebih nyaman, tapi harga 29 Euro masih cukup mahal bagi saya yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Setelah saya berdiskusi dengan teman sekelas saya yang asli orang Jerman, dia merekomendasikan saya untuk mencari informasi jasa transportasi mobil lewat situs mitfahrgelegenheit.de

 

Mitfahrgelegenheit.de

Mitfahrgelegenheit.de merupakan situs yang cukup populer dikalangan mahasiswa di Jerman, dan negara-negara Eropa sekitarnya sebagai alternatif untuk bisa lebih berhemat dalam melakukan perjalanan jauh. Dengan situs ini, kita bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berkendara dengan mobil dan menawarkan jasa tumpangan bagi mereka yang memiliki  tujuan yang sama atau searah. Harga yang ditawarkan pun biasanya jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kereta. Karena pada prinsipnya, dengan imbalan yang kita berikan, kita pun dapat meringankan biaya yang dikeluarkan oleh si pengendara dalam menggunakan bahan bakar.

 

Masalahnya, kita tidak selalu dapat menemukan pengendara mobil yang akan pergi ke tempat yang satu arah atau satu tujuan dengan kita di waktu yang sama. Selain itu, bagi kita yang tidak bisa berbahasa Jerman, kita pun harus memastikan bahwa pengendara mobil yang akan kita tumpangi dapat berbahasa Inggris. Tidak terbayang apabila kita harus berkendara berjam-jam bersama orang yang tidak kita kenal dan juga kita tidak dapat berkomunikasi verbal satu sama lain. Selain itu, akan lebih baik apabila mobil yang akan kita tumpangi berlangganan ADAC. Jadi apabila mobil yang kita tumpangi tiba-tiba mogok di tengah jalan, perusahaan ADAC ini akan datang dan menyelamatkan kita dimana pun kita berada. Hal ini cukup penting untuk diperhatikan, mengingat di Jerman dan negara-negara Eropa lain, kita tidak bisa menemukan bengkel atau tambal ban di sembarang tempat. Berbeda sekali dengan kondisi di negara kita.

 

Lalu, apakah aman berkendara dengan orang yang tidak kita kenal?

Hmm… jadi terbayang film Mystic River (2003). Tapi itu mungkin tidak akan terjadi pada orang dewasa. Parah-parahnya mungkin kasus human trafficking seperti di film Taken (2008). Pertanyaan di atas sebetulnya sempat saya tanyakan ke teman Jerman saya. Dia bilang sih aman-aman saja. Karena jasa ini sudah cukup familiar untu di gunakan terutama bagi para mahasiswa yang belum punya penghasilan sendiri. Dia juga bilang, asalkan kita merasa kita bisa menjaga diri, it should be fine. Yang penting kita bisa jaga sikap dan tidak mengundang pikiran jahat orang-orang di sekitar kita. Lagipula, sebagai seorang pendatang, seharusnya punya asuransi (jiwa dan kesehatan) dan polisi-polisi di Jerman, bisa diandalkan.

 

SIngkat cerita, akhirnya saya mendapatkan satu-satunya pengendara mobil yang memiliki tujuan yang searah dan akan berkendara pada hari yang sama, yaitu hari Natal, 25 Desember 2011. Awalnya saya pikir, tidak akan ada yang berkendara jauh di hari itu. Karena biasanya orang-orang yang merayakan Natal harus sudah ada di rumah mereka sebelum Natal tiba. Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di negara kita. Setelah itu, langsung saja saya sms ke nomer HP pengendara yang tertera di situs tersebut. Nama yang tertulis di situs tersebut adalah Arne. Dari namanya, jelas dia bukan laki-laki. Saya berdoa saja, semoga masih ada space untuk saya. Sengaja saya tulis sms-nya dalam bahasa inggris, untuk mengetahui apakah dia bisa berbahasa inggris juga atau tidak. Tidak lama setelah itu, saya pun dapat balasan dari dia yang ternyata dalam bahasa inggris juga. Dia bilang, saya bisa ikut berkendara dengan dia, kita akan berangkat dari kota Kassel (25 menit dengan kereta dari Goettingen) pada jam 12.00 CET. Biaya yang dikenakan adalah 15 Euro. Dari gaya bahasa yang dia gunakan, orang ini terbayang sangat welcome dan menyenangkan serta pandai berbahasa inggris. Maka, tidak ragu lagi bagi saya untuk ikut menumpang mobilnya. Lagi pula, harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding menggunakan kereta. Selain itu, untuk ke kota Kassel, saya bisa menggunakan Semester Ticket yang sudah include dalam kartu pelajar saya di Goettingen University. Berdasarkan informasi dari google map, waktu tempuh dari Kassel ke Bonn dengan menggunakan mobil lebih cepat, yaitu sekitar 3 jam saja.

 

Along the Journey to Bonn

Perjalanan menuju kota Bonn sangat menyenangkan. Ternyata saya bukanlah satu-satunya orang yang menumpang mobilnya Arne, tapi ada juga seorang laki-laki asal China yang juga akan pergi ke satu desa tempat temannya tinggal, tidak jauh dari kota Bonn. Diliat dari umurnya, hanya beberapa tahun lebih tua dari saya. Begitu juga dengan Arne dan kekasihnya. Jadi, ternyata Arne ini adalah seorang gadis asal Polandia, sedangkan kekasihnya asli orang Jerman. Mereka baru saja menghabiskan malam Natal di rumah sang kekasih di Kota Kassel dan akan pergi ke rumah keluarga Arne yang sudah pindah bertahun-tahun yang lalu ke kota Cologne yang jaraknya tidak jauh dari Bonn.

 

CIMG0583

Mobil yang kami gunakan dalam perjalanan menuju kota Bonn

 

Arne adalah gadis yang cukup talk-active. Mungkin dia sangat senang karena di mobilnya terdapat orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Jadi semacam multicultural. Sedangkan sang kekasih hanya menimpalinya sesekali, karena harus fokus menyetir. Selama perjalanan, kami pun bercerita banyak. Tentang, Polandia, Jerman, Cina, dan tentunya Indonesia. Berbicara mulai dari keadaan demografi, sejarah, politik, agama, turism dan juga kuliner. Kami belajar dan menghargai satu sama lain. Bahkan, ketika saya minta izin untuk beribadah di dalam mobil pun, mereka sangat terbuka. Sungguh suatu perjalanan yang mengesankan. Tiga jam perjalanan sangat tidak terasa bagi kami karena kami terlarut dalam obrolan yang menyenangkan. Sampai akhirnya kami pun sampai di kota Bonn, dan berhenti di parkiran di depan Haufbahnhof (stasiun kereta utama) kota Bonn. Setelah membantu menurunkan barang-barang saya, dan mengucapkan perpisahan, mereka pun melanjutkan perjalananya ke kota Cologne. Sedangkan saya, masih menunggu teman sekelas saya yang katanya akan menjemput saya di dekat stasiun beberapa menit lagi untuk bertandang ke rumahnya. Bonn was a nice city..

 

Sedikit tentang Bonn, die Bundesstadt

Bonn merupakan kota metropolitan yang terletak di selatan Jerman dan terletak hanya sekitar 30 kilometer dari Cologne, kota terbesar keempat di Jerman. Bonn juga merupakan ibukota dari Jerman Barat sejak tahun 1949 hingga akhirnya Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu pada tahun 1990 dan secara resmi status ibukotanya dipindahkan ke kota Berlin. Kota ini dibelah oleh sungai Rhine yang mengalir dari Grison di pegunungan Alpen di Swiss ke pantai Laut Utara di Belanda dan merupakan salah satu sungai terpanjang di Eropa. Walaupun Berlin menggantikan Bonn sebagai ibukota sejak tahun 1990, Bonn masih menjadi pusat perpolitikan dan administrasi negara. Sebagian dari tugas pemerintahan dan banyak departemen pemerintahan masih beroperasi di Bonn. Oleh karena itu, Bonn juga disebut sebagai "Bundesstadt" (Federal City).

Sunrise di Kota Bonn

Saat ini Bonn telah berkembang mejadi penghubung korporasi internasional terutama dalam bidang lingkungan dan pengembangan berkelanjutan (sustainable development). Institusi-institusi internasional terkenal seperti IUCN Environmental Law Center (IUCN ELC) dan 18 institusi PBB (United Nations) lainnya berada di kota ini. Kota ini menjadi banyak pusat pertemuan dan konferensi baik skala nasional maupun internasional baik yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan PBB. Bahkan saat ini sedang dibangun pusat pertemuan yang dapat menampung ribuan partisipan di sekitar Kampus PBB di kota ini.

Kota Bonn juga terkenal dengan University of Bonn, sebagai salah satu institusi pendidikan yang memiliki reputasi tinggi di Jerman. Selain itu, Bonn juga dikenal sebagai kota tempat tinggal Archbishops, seseorang yang memiliki kewenangan untuk memilih pangeran Cologne, dan kota tempat kelahiran dari komposer dan pianis terkenal Ludwig van Beethoven (1770).

 

to be continued…

 

Hello world!!

 

Hmm… sebenarnya sudah lama sekali ingin menuliskan pengalaman ini. Ternyata butuh waktu satu tahun untuk menemukan mood dan momen yang tepat. Masih terekam jelas di pikiran setiap momen yang dilewati saat liburan natal dan tahun baru di tahun kemarin ketika menjalani program mobility di Jerman lewat program beasiswa Erasmus Mundus Action 2: EXPERTS. Ini juga akan menjadi momen yang tepat untuk kembali bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan teman-teman yang telah banyak membantu selama perjalanan panjang di musim dingin tahun lalu.

 

Seperti teman-teman yang lain, libur natal dan tahun baru menjadi momen yang ditunggu-tunggu bagi transferred mahasiswa seperti saya untuk travelling keliling Eropa. Oleh karena itu, di bulan-bulan sebelumnya, saya sengaja menghemat pengeluaran dari uang bulanan yang didapat dari beasiswa ini. Saya beruntung bahwa kondisi cuaca di musim dingin 2011 lalu tidak begitu ekstrim. Bisa dibilang, musim dingin tahun itu agak telat. Saya masih ingat waktu itu, walaupun sudah pertengahan bulan Desember dan mendekali hari natal, tapi belum ada sebutir salju pun yang menghiasi kota kecil Goettingen dan sekitarnya, padahal suhu sudah di bawah nol derajat Celcius dan udara sangat kering (arid).

 

Terkait travelling ini, awalnya saya berkomitmen untuk tidak melakukan travelling ke tempat-tempat yang jauh apalagi sampai ke luar Jerman selama program mobility ini. Saya ingin fokus belajar dan mendalami keilmuan saya. Mempersiapkan ujian dan tugas-tugas semaksimal mungkin dan menunjukan performa terbaik ke profesor-profesor di sana. Saya rasa saya agak khawatir karena sistem pendidikan di Jerman cukup berbeda dengan di Indonesia. Belum lagi sistem ujian yang kebanyakan adalah oral exam. Tapi akhirnya komitmen itu luntur juga. Saya sadar bahwa ilmu dan pembelajaran yang berharga tidak hanya ada di kelas dan perkuliahan, tapi dengan travelling dan melihat keadaan sekitar pun kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa mendapatkan banyak inspirasi dan gagasan baru hanya dengan melihat. Banyak teknologi-teknologi yang telah diterapkan di negara-negara Eropa yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Belum lagi kondisi demografi dan sejarah dari setiap negara-negara yang berbeda-beda. Dan saya yakinkan diri saya, travelling tidak akan mengganggu akademik saya. Karena pada dasarnya semua tergantung pada manajemen kita dalam mengatur waktu dan proritas.

 

Isu-isu untuk melakukan Europe Trip memang sudah mulai didengung-dengungkan di antara teman-teman yang berasal dari berbagai negara sejak memasuki bulan Desember. Saya sendiri sudah mulai mencari kemungkinan-kemungkinan beberapa negara di Eropa untuk dikunjungi. Ke Eropa bagian barat kah? atau timur? Semua itu tentu disesuaikan dengan dengan budget yang ada, networking, sightseeing dan waktu yang tersedia. Saya pun mulai mencari promo-promo yang ditawarkan oleh beberapa jasa transportasi. Untuk bis ada Eurolines (http://www.eurolines.com/en/), untuk kereta ada Deutsch Bahn (http://www.bahn.com) atau Eurorail (http://www.eurail.com/), untuk pesawat ada Ryan Air (http://www.ryanair.com/en). Semua ada plus dan minus-nya. Tak lupa saya juga menghubungi teman-teman Indonesia yang sedang study di negara-negara Eropa lainnya dan menanyakan kemungkinan untuk saya main dan berlibur disana beberapa hari. Siapa tau mereka bersedia menjadi guide untuk kita atau mengijinkan kita menginap ditempat mereka dengan gratis, :)

 

Tidak asyik rasanya kalau kita pergi travelling sendirian. Tidak ada teman untuk mengobrol,  bercanda atau saling menjaga selama perjalanan. Minimal ada teman untuk mengambil gambar kita saat kita menemukan spot-spot yang menarik secara bergantian. Tapi dengan siapa? Beberapa teman asing menawarkan saya untuk bergabung dengan group mereka untuk travelling di liburan natal dan tahun baru nanti. Tapi entah kenapa hati kurang begitu sreg. Mungkin karena saya belum kenal dekat dengan mereka. Selain itu, sebagai seorang muslim, saya punya waktu khusus untuk beribadah dan juga harus pilih-pilih dalam hal makanan, jadi jika saya rasa bergabung dan menjadi follower dalam group travelling bersama orang-orang yang belum paham tentang keyakinan saya bukanlah ide yang bagus. Pasti nanti agak sedikit canggung, apalagi travelling ini akan akan memakan waktu berhari-hari. Jadi saya putuskan saja untuk mencari teman-teman Indonesia di Goettingan yang mau travelling juga. Kalaupun ada teman-teman asing yang mau bergabung, minimal kita yang menjadi master mind atau leader untuk travelling nanti. Syukurlah, Mba Dita mahasiswi S2 yang merupakan transferred student dari program beasiswa yang sama ternyata memiliki pemikiran yang sama. Maka kami mulai berdiskusi, menyusun rencana dan informasi secara detail untuk travelling nanti. Tak lupa kami pun mengajak beberapa teman lain untuk bergabung bersama kami.

 

Setelah berdiskusi dan melihat kemungkinan dan pilihan yang ada, akhirnya kami putuskan untuk pergi travelling ke beberapa negara di bagian timur Eropa, yaitu Prague (Ceko), Bratislava (Slovakia), Vienna (Austria) dan Budapest (Hungary). Sebelum ke Prague, saya sendiri sudah berencana untuk menginap beberapa hari di Bonn di tempat relasi dan teman sekelas saya. Jadi kami akan bertemu di Prague pada tanggal 28 Desember 2011 dan mengakhiri perjalanan ini pada tanggal 4 Januari 2012. Teman-teman yang bersedia menampung dan menjadi guide kami telah dihubungi, tiket perjalanan dan akomodasi di hotel telah dipesan. Mental, fisik dan segala perlengkapan telah disiapkan termasuk jaket musim dingin dan kamera telah disiapkan. Kami juga telah membuat daftar tempat-tempat yang wajib dikunjungi di setiap negaranya. Akhirnya saya, Mba Dita, Mba Konny (Mahasiswi S3 asal Indonesia) serta satu mahasiswi S3 asal Thailand, P’Koy, sepakat untuk travelling bersama saat liburan natal dan tahun baru nanti. Berikut adalah rencana rute perjalanan dan itinerary (rencana perjalanan) saya:

 

f

Rute travelling saat liburan natal dan tahun baru 2011

Itinerary (Rencana Perjalanan)

Date Time (CET*) From to by
25.12.2011 11.00 Göttingen Kassel Cantus Train
25.12.2011 12.00 Kassel Bonn Mitfahrgelegenheit
28.12.2011 01.35 Bonn Prague ICE Train
31.12.2011 07.00 Prague Bratislava Eurolines Bus
1.1.2012 08.00 Bratislava Vienna Eurolines Bus
1.1.2012 15.00 Vienna Bratislava Eurolines Bus
1.1.2012 19.30 Bratislava Budapest Eurolines Bus
04.01.12 11.10 Budapest Göttingen ICE Train

*) CET = Central European Time

 

 

Dan perjalanan pun dimulai…

 

to be continued..

 

## Ramadhan Edition

 

Berikut ini adalah rekaman video ceramah/tausiyah dari KH. Abdullah Gymnastiar saat kunjungannya ke kota Göttingen, Jerman pada tanggal 25 Mei 2012 yang lalu. Alhamdulillah beliau telah memenuhi permintaan dari warga Indonesia di kota itu untuk menjadi penceramah dalam memeriahkan Tabligh Akbar yang diorganisir oleh warga Indonesia muslim yang tergabung dalam Pengajian KALAM. Topik dari ceramah yang diadakan di Mesjid Al-Iman, Göttingen ini adalah: “Bagaimana Agar Hidup Ini Diurus Allah?”. Selamat mengikuti, semoga kita semuanya dapat mengambil hikmah dan manfaat yang banyak dari apa yang telah Aa Gym sampaikan dalam ceramahnya.

 

 

 

 

Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dan lebih berkualitas dari Ramadhan sebelum-sebelumnya. Aamiin.

-Ramadhan Kareem-

 

Selamat Pagi Dunia!

Semoga hari ini menyenangkan seperti biasanya,

 

Kali ini saya akan sedikit menjelaskan secara sederhana dua hal yang sangat penting yang saling berkaitan. Penting sebagai bagian dari kehidupan saya, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia dan juga negara-negara lain di Asia Tenggara kedepannya. Dan saya harap tulisan saya ini dapat memberikan gambaran kepada teman-teman semua tentang tantangan global yang sedang dan akan kita hadapi. Semoga bermanfaat!!

ASEAN Community 2015

Kita mulai dari yang pertama, ASEAN Community 2015. Ada yang pernah mendengar berita atau informasi tentang ini? Di televisi, radio, koran atau internet misalnya? Pada tahun 2015 nanti, artinya tiga tahun lagi, negara-negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Philipina, Singapura dan Vietnam akan membentuk suatu komunitas yang bertujuan untuk saling bahu membahu dalam menghadapi persaingan global, ASEAN One. Sama seperti Uni Eropa, setelah komunitas ini terbentuk, maka negara-negara ASEAN akan menjadi borderless, tanpa batas. Semua itu memang ada prosesnya. Dan proses inilah yang sedang berjalan sekarang.

 

 

Saat ini, kita memang tidak membutuhkan visa kalau hanya untuk berlibur atau melancong selama beberapa hari ke negara ASEAN lainnya, karena kita bisa menggunakan visa on arrival, yang bisa kita urus di bandara negara ASEAN yang kita tuju. Tapi untuk tinggal lebih dari satu bulan di negara-negara tersebut, tentu kita butuh visa sebagai izin yang harus diurus di kedutaan negara di negeri kita sebelum kita berangkat. Maka setelah komunitas ini terbentuk, kita tidak lagi memerlukan visa sebagai surat izin untuk tinggal di negara ASEAN lainnya, selama apa pun kita mau. Asalkan ada passport yang berfungsi sebagai KTP internasional, maka semua akan beres. Pun sebaliknya, mereka pun bisa dengan leluasa datang dan tinggal di tempat kita sesuka mereka. Dan kita semua pun bebas mencari pekerjaan di mana pun kita mau di negera-negara ASEAN. Di satu sisi kita memiliki banyak kesempatan-kesempatan besar untuk bisa maju, di sisi lain persaingan di dalam negara-negara ASEAN sendiri akan semakin kuat. Kita tidak lagi hanya bersaing dengan orang-orang di tanah air untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, tapi secara tidak langsung kita pun akan bersaing dengan orang-orang di negara tetangga. Walaupun sebenarnya kita harus hidup untuk saling bantu membantu. Inilah dunia baru yang akan kita hadapi bersama. Brave New World.

 

Setidaknya ada pilar yang harus ditegakan sebagai fokus utama dari ASEAN Community 2015 ini. Yang pertama adalah Peace, kedamaian. Dengan adanya komunitas ini, kita harus bekerja bersama untuk saling menjaga kedamaian dari teroris, perompak maupun obat-obatan terlarang yang dapat membahayakan anggota-anggota dari komunitas ini. Jangan sampai malah terjadi pertengkaran di dalam komunitas itu sendiri. Dengan begitu kita akan tinggal bersama dengan aman dan damai. Yang kedua adalah Prosperity, kemakmuran. Dengan adanya komunitas ini, maka kita dapat saling memperkuat perkembangan ekonomi di negara-negara ASEAN. Dengan begitu kita bisa mengundang banyak investor untuk pembangunan yang positif. Dengan begitu akan terbuka banyak lapangan-lapangan pekerjaan dan kesempatan-kesempatan baru agar kita bisa lebih mengekspresikan karya-karya kita. Dan kita bisa bekerja di negara-negara ASEAN lainnya yang kita sukai, baik itu sebagai engineer, businessman, teacher, doctor dan lain-lain. Kita pun dapat membuat pertanian di pedesaan-pedesaan menjadi lebih berkelas dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk-produk pertanian kita. Kualitas hidup akan menjadi lebih baik, jalan dan sistem transportasi akan diperbaiki, akses terhadap teknologi dan informasi akan menjadi lebih mudah. Sebagai negara tetangga, kita harus saling bantu membantu untuk meningkatkan taraf hidup di negara-negara ASEAN lainnya. Dan yang terakhir dan yang paling penting adalah People. Pemerintahan yang tergabung dalam ASEAN Community 2015 harus meyakinkan bahwa kita bisa melangkah ke kehidupan yang lebih baik. Bagaimana caranya?  Tolong menolong ketika ada yang terkena musibah atau bencana alam, menjaga lingungan agar tetap hijau dan bersih, saling melindungi dari invasi penyakit-penyakit menular dari luar, dan yang paling penting adalah saling mengenal satu sama lain. Ketika setiap individu yang ada di komunitas ini bisa mengesampingkan segala perbedaan yang ada baik dari segi suku, budaya dan kepercayaan, dan juga tahu bagaimana cara untuk saling menghormati, bekerja dan belajar bersama, saling menjaga agar keluarga ini agar tetap kuat, dan sebagainya. Dengan begitu, maka ASEAN Community 2015 akan terwujud dengan indah.

 

Kita tidak perlu menunggu tiga tahun lagi untuk mengejar goal dari komunitas ini. Karena kita bisa memulainya sekarang juga. Siapa pun Anda, baik tua, muda, pelajar, pekerja, pengusaha, siapa pun itu, harus memulainya dari sekarang juga. Kita bisa mulai mempelajari budaya, bahasa, kebiasaan dan hal-hal unik dari negara-negara ASEAN lainnya. Media sosial network seperti Facebook, tweeter, atau blog dapat memfasilitasi kita semua untuk melakukan semua hal itu. Dan jangan lupa untuk mempelajari Bahasa Inggris lebih giat lagi. Karena dengan bahasa internasional inilah kita bisa saling berkomunikasi dengan mudah dengan orang-orang dari negara lain.

 

MIT Kredit Transfer Mahasiswa

Sejak bulan Agustus 2009, SEAMEO RIHED, yang merupakan forum organisasi Kementrian Pendidikan se-Asia Tenggara telah membentuk suatu pilot project yang melibatkan higher education dari tiga negara, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia  untuk mendukung terbentuknya ASEAN Community 2015. Project ini bernama MIT (Malaysia-Indonesia-Thailand) Student Mobility Programme. Ini merupakan skema beasiswa pertukaran mahasiswa di antara tiga negara ASEAN. Beasiswa ini mencakup biaya transportasi, akomodasi, asuransi kesehatan, tuition fee, visa dan yang lainnya. Sehingga tidak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak mahasiswa dalam mengikuti program ini. Sebanyak lebih dari 50 mahasiswa setiap tahunnya dari berbagai universitas dari tiga negara tersebut dikirim ke universitas-universitas di dua negara tetangganya untuk belajar selama satu semester. Terdapat lima bidang yang dipilih dalam skema ini, yaitu: pertanian, bisnis internasional, budaya dan pariwisata, bahasa, serta teknologi pangan. Untuk bidang pertanian sendiri, terdapat empat universitas unggulan di Indonesia yang terpilih dalam skema ini, yaitu: IPB (Institut Pertanian Bogor), UGM (Universitas Gajah Mada), UNS (Universitas Sebelas Maret), dan Unsri (Universitas Sriwijaya). Projek ini pertama kali dimulai pada tahun 2010.

 

Selama hampir lima bulan mahasiswa-mahasiswi yang terpilih dalam program ini dikirim untuk belajar di kedua negara. Untuk bidang pertanian sendiri, mereka akan ditempatkan di Kasetsart University, Thailand (dalam bahasa Thailand, Kaset artinya pertanian) atau di UPM (Universitas Putra Malaysia, Malaysia) untuk belajar tentang pertanian di sana. Kedepannya, akan lebih banyak lagi negara-negara ASEAN yang akan diikutkan dalam proyek ini. Proyek ini diharapkan bisa memperlancar jalan untuk bisa mensukseskan ASEAN Community 2015. Tentu saja mobility programme ini memiliki dampak yang sangat positif bagi ketiga negara. Dari program ini kita dapat saling mengetahui, mempelajari dan lebih mengenal banyak hal dari negara tujuan, terutama sistem pendidikan. Selain itu, melalui program ini kita juga dapat membantu pengembangan budaya, politik, sosial dan ekonomi. Karena selain belajar di universitas, mahasiswa yang terlibat dalam project ini juga dituntut untuk bisa bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitar. Karena saat kita berada di luar negeri, kita secara tidak langsung merupakan ambassador atau duta dari negara kita. Behave well please!

Mau-tidak mau masa itu akan datang. Dimana kita sebagai negara-negara yang tergabung dalam negara ASEAN akan bersatu dan bekerjasama dalam menghadapi persaingan global yang sudah di depan mata. Banyak hal yang harus kita persiapkan baik itu secara kolektif atau pribadi. So, persiapan apa yang sudah kalian lakukan untuk diri kalian sendiri dalam menghadapi persaingan Global?

 

Untuk masa depan yang lebih baik!

Have a nice day!!

 

Di antara sekian banyak penggemar sepak bola, tidak banyak dari mereka yang juga senang memperhatikan detail dari arena tempat pertandingan berlangsung. Padahal ini adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam pertandingan sepak bola. Apakah sempat terlintas di kepala kita sebuah pertanyaan tentang, sebanyak apa suatu stadion dapat menampung supporter yang hadir, bagaimana pihak stadion dapat memastikan keamanan pemain-pemain di sana  dan mengatur supporter yang datang membanjiri arena pertandingan pada pertandingan-pertandingan super penting, atau fasilitas apa saja yang terdapat di dalam markas stadion dari klub-klub sepakbola raksasa dunia, apakah sama dengan stadion terbesar di kota kita? Dan tentu saja, stadion sepak bola ini menjadi simbol singgasana dari klub sepak bola di sana. Hebatnya lagi, stadion-stadion besar markas klub-klub sepak bola raksasa bukanlah stadion biasa. Sebut saja, Old Trafford, San Siro, Santiago Bernabéu, atau yang lainnya. Mereka dirancang sedemikian rupa dengan begitu indahnya oleh arsitek-arsitek terkenal dengan menghabiskan biaya berjuta-juta dollar. Seperti apa sih hebatnya? Baca terus tulisan ini ya…

 

Siapa yang tidak tahu nama ini, Allianz Arena? Setiap orang yang fanatik pada sepakbola harus mengetahuinya, apalagi bagi mereka yang selalu update informasi tentang Liga Champions, karena tanggal 19 Mei waktu setempat atau 20 Mei waktu Indonesia, dua raksasa sepakbola, Chelsea FC dan FC Bayern München, akan berjuang mati-matian untuk bisa mengangkat piala paling bergengsi ini dan membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik di Liga Eropa.

 

Allianz Arena adalah stadion sepakbola yang terletak di bagian utara Munich, Jerman. Stadion yang memiliki kapasitas 66.000 penonton ini merupakan rumah bagi dua klub sepakbola Jerman, yaitu, Bayern München FC dan TSV 1860 München. Stadion yang menghabiskan dana 340 juta euro atau 4 triliun rupiah ini adalah stadion terbesar ketiga di Jerman setelah Signal Iduna Park di Dortmund dan Olimpiastadion di Berlin. Stadion yang bagian luarnya dapat memancarkan tiga warna berbeda ini dirancang oleh firma arsitektur Swiss, Herzog & de Meuron, yang juga menjadi perancang Stadion Nasional Beijing yang sangat terkenal karena bentuknya yang menyerupai sarang burung. Konon, ini adalah stadion pertama di dunia yang dapat merubah warna bagian luarnya secara keseluruhan. Allianz Arena berwarna merah ketika Bayern München bermain, berwarna biru ketika 1860 München bermain dan berwarna putih untuk Tim nasional Jerman.

 

Indahnya warna-warni Allianz Arena

 

Bagian luar dari stadion ini tersusun dari 2.874 foil panel ETFE (Ethylene tetrafluoroethylene) berbentuk belah ketupat yang berisi udara. Tebal dari foil ini hanya 0,2 mm. Sangat rentan rusak memang, tapi petugas di sana selalu melakukan pengecakan dan perawatan untuk menjaga kualitas dari stadion ini. Setiap panel dapat diterangi oleh tiga lampu dengan warna berbeda. Untuk menyalakan lampu-lampu ini secara keseluruhan, mereka hanya perlu membayar 50 euro atau 600 ribu rupiah per jamnya.

 

Allianz Arena bukanlah nama original dari stadion yang pertama kali dibuka pada Mei 2005 ini. Karena sejak Piala Dunia 2006 di Jerman, stadion ini dikenal sebagai FIFA World Cup Stadium Munich. Namun setelah itu, perusahaan asuransi terkemuka asal negeri Panzer ini, Allianz, bersedia membayar banyak agar namanya bisa tercantum di stadion ini dengan kontrak berjangka waktu 30 tahun. Dulu, kepemilikan stadion ini berada di kedua tim, yaitu Bayern München FC dan TSV 1860 München. Namun, karena krisis keuangan TSV 1860 Muenchen, maka FC Bayern München mengambil alih kepemilikan Allianz Arena secara keseluruhan.

 

Apabila Anda sedang berada di kota München, Anda bisa mampir ke stadion ini walaupun sedang tidak ada pertandingan di sana. Karena dengan uang 10 euro, kita bisa mengikuti tour guide pada jam 1 siang untuk bisa melihat-lihat isi dari stadion ini, termasuk ruang ganti yang biasa dipakai pemain sebelum mereka bertanding. Kalau beruntung, kita bisa bertemu dengan pemain yang sedang berlatih di sana.

 

Fasilitas yang ada di stadion ini cukup lengkap. Untuk menunjang keamanan, mereka memiliki banyak kamera CCTV di berbagai titik yang terpusat ke ruang keamanan. Dan setiap habis pertandingan, pihak stadion harus bisa mengosongkan stadion dalam waktu 1 jam. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan para pemain dari hal-hal yang tidak diinginkan. Terdapat 550 toilet dan 190 monitor di dalam stadion ini untuk menunjang kenyamanan supporter yang hadir. Apabila merasa lapar saat menonton pertandingan, kita bisa membeli makanan dan minuman di sekitar stadion. Untuk kursi penonton sendiri terdapat banyak macamnya. Selain kursi dengan kelas standar, stadion ini juga memiliki 2.000 kursi untuk kelas bisnis dan 400 kursi untuk press. Untuk tamu istimewa, terdapat box mewah yang bisa ditempati oleh 106 orang. Terdapat pula 165 tempat khusus bagi para pengguna kursi roda.

 

Perawatan rumput lapangan rutin dilakukan. Terdapat orang-orang khusus yang bertugas menjaga kualitas dari rumput yang ada di lapangan (plant protector). Mereka harus menjaga suhu, kelembaban, nutrisi serta pasokan sinar matahari agar rumput tetap segar. Hama dan penyakit sebisa mungkin dihindarkan dari rumput-rumput ini. Dan yang paling penting, tinggi serta ketebalan rumputnya pun dijaga dan disesuaikan agar pemain dapat bergerak lincah di atasnya.

 

CIMG0495

Perawatan rumput saat musim dingin akhir 2011

Apabila ingin membeli merchandise, kita bisa pergi ke Fansclub Megastore di bagian bawah stadion. Terdapat dua Fansclub Megastore di stadion ini. Yang satu khusus untuk Bayern München FC dan satu lagi khusus untuk TSV 1860 München.

 

Untuk mencapai stadion ini, dari München Hbf atau stasiun kereta utama kota München, kita harus naik U-Bahn di jalur U6 dan berhenti di stasiun Fröttmaning U-Bahn. Stadion Allianz Arena terletak tidak jauh dari stasiun ini. Hanya dengan jalan kaki 10 menit, kita bisa sampai tepat di depan stadion sepak bola yang indah ini.

 

Ini adalah euforia yang terlihat saat FC Bayern Munchen melawan TSV 1860 München pada tahun 2005. Kira-kira, bagaimana ya euforia saat final liga Champions nanti?

 

 

Beberapa waktu yang lalu, di TV, radio, koran, dan media massa lainnya sedang heboh memberitakan satu hal yang sama, yaitu tentang kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang tadinya akan diberlakukan mulai tanggal 1 April lalu. Begitu banyak demonstrasi yang dilakukan baik oleh mahasiswa atau pun masyarakat kecil untuk menentang kebijakan tersebut. Mereka tidak kuasa membayangkan bagaimana efek dari kenaikan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga pada akhirnya pemerintah harus menunda kebijakan yang mereka anggap cukup penting itu. 

 

Ada suatu tayangan yang cukup menarik untuk sedikit dibahas. Pada suatu malam saat marak-maraknya isu kenaikan BBM, saya melihat salah satu program TV yang memberikan informasi tentang harga BBM di negara lain. Judul tayangan tersebut adalah “10 Negara dengan Harga Bensin Paling Mahal di Dunia”. Menarik bukan?

 

Tayangan yang tidak menyebutkan sumber informasinya itu menyebutkan bahwa 8 dari 10 negara yang harga BBM-nya paling tinggi di dunia adalah negara-negara Eropa. Berikut adalah informasi dari tayangan tersebut:

 

10. Amsterdam, Belanda Rp. 18.800 per liter

9. London, Inggris (missed information)

8. Brussels, Belgia Rp. 19.200 per liter

7. Stockholm, Swedia Rp. 19.700 per liter

6. Kopenhagen, Denmark Rp. 19.750 per liter

5. Monte Carlo, Monako Rp. 19.800 per liter

4. Athena, Yunani Rp. 20.000 per liter

3. Oslo, Norwegia 21.800 per liter

2. Asmara, Eritrea Rp. 22.600 per liter

1. Istanbul, Turki Rp. 22.600 per liter

 

Informasi ini ternyata juga dapat dilihat di situs berikut:

10 negara dengan harga bensin paling mahal di dunia

 

Kalau kita menerima informasi tersebut bulat-bulat tanpa melihat sumber informasi serta kondisi dan pertimbangan lainnya tentang negara-negara tersebut, maka kita pasti akan berpendapat kalau kenaikan harga BBM di negara kita bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Toh di Eropa saja harga bensinnya jauh lebih mahal dan mereka enjoy-enjoy saja. Tapi mari kita lihat, Bisakah kita menyamakan kondisi di negara kita dengan di negara-negara tersebut?

 

Setelah saya cek, ternyata harga BBM di negara-negara Eropa lainnya pun tidak akan jauh berbeda satu sama lainnya. (Sumber: Petrol and diesel price in Europe). Sejak mereka tergabung dalam Uni Eropa, banyak kebijakan yang dibuat, disepakati dan diterapkan bersama oleh negara-negara yang tergabung di dalamnya. Apalagi masalah konsumsi bahan bakar minyak yang harus diimpor dari negara lain. Sama seperti Value-Added Tax atau Pajak Pertambahan Nilai, tentunya mereka pun harus menentukan bersama pajak minimal atas bahan bakar yang harus diberlakukan di negara masing-masing. Dan ketika saya melihat sistem transportasi di negara-negara Eropa, ternyata tidak jauh berbeda satu sama lain. Benar-benar kompak.

 

Di Jerman sendiri, pada tanggal 21 Feb 2012 harga bensin mencapai 1,68 Euro per liternya. Apabila 1 Euro serata dengan 11.800 rupiah, maka harga bensin pada waktu itu adalah 19.824 rupiah. Tapi apakah Anda tahu kalau hampir setengah dari harga bensin tersebut adalah pajak untuk pemerintah?. Yup. Inilah salah satu alasan kenapa orang-orang di negara Eropa akan berpikir berkali-kali untuk membeli mobil. Jangan tanya tentang motor, negara-negara Eropa tidak begitu populer dengan motor seperti di negara-negara Asia. Oleh karena itu, tidak banyak perusahaan-perusahaan yang memproduksi motor di negara-negara Eropa. Kalau mau impor dari Jepang atau China pun, pasti akan harga pasarannya akan sangat mahal. Satu hal lagi yang perlu diketahui, walaupun harga bensin di Eropa cukup tinggi, tapi ternyata harganya masih jauh di bawah harga untuk satu kali makan yang rata-rata mencapai 3-4 Euro. Dan di sana pun tidak ada transportasi umum seperti ojek, bajaj, atau angkot yang dikelola secara pribadi oleh masyarakat kecil seperti di negeri kita. Sehingga tidak ada orang-orang yang nasibnya benar-benar ditentukan oleh harga BBM.

 

Walaupun pajak untuk bensin di sana cukup tinggi, kerja pemerintahan ternyata cukup memuaskan. Saya bisa memastikan bahwa tidak ada jalanan aspal yang rusak atau berlubang di Jerman. Selain itu, kita pun bebas menggunakan highway atau jalan tol tanpa harus membayar lagi. Perawatan jalan pun cukup intents. Terutama saat muslim salju. Pemerintah harus memastikan salju-salju yang ada di jalan tidak menghambat para pengguna jalan. Mereka juga harus menaburkan garam-garam, tanah, atau kerikil demi memastikan jalan-jalan tidak menjadi licin dan berbahaya. Kalau sampai ada kecelakaan karena petugas tidak melakukan hal tersebut, orang yang mengalami kecelakaan tersebut bisa menuntut ganti rugi pada pemerintah. Harga minyak dunia yang katanya mahal pun ternyata tidak membuat negara ini khawatir, karena selama ini mereka telah cukup familiar dengan menggunaan biofuel dan dalam waktu dekat akan launching “recharge station” untuk mendukung pengembangan mobil listrik.

 

Menurut informasi yang saya dapatkan dari teman jerman saya, harga bensin di sana juga tidak fixed (tetap) setiap harinya. Harga bensin di akhir pekan akan lebih tinggi bila dibandingkan hari kerja biasa. Jadi kalau ingin irit, maka isi penuhlah tanki mobil Anda di hari senin. Tapi sebenarnya, tidak banyak orang yang memiliki mobil atau motor pribadi di negara itu. Apalagi kebanyakan yang tinggal di kota-kota besar tidak memiliki garasi pribadi karena biasanya mereka tinggal di falt-flat. Maka, di malam hari, kita bisa lihat mobil-mobil di parkir begitu saja di tepian jalan berselimutkan udara malam yang dingin. Akhir musim gugur, kita bisa melihat mobil-mobil tersebut dilapisi es yang tipis. Bayangkan bagaimana kalau di musim salju!

 

Lalu, bagaimana orang-orang di Eropa biasa berpergian? 

 

Sistem transportasi di negara-negara Eropa tidak jauh berbeda. Untuk bepergian di dalam kota, orang-orang biasanya lebih memilih menggunakan bis, sepeda, atau hanya berjalan kaki. Di kota-kota besar di Jerman seperti Hamburg, Berlin, Frankfurt, Munchen dan lainnya, terdapat juga transportasi trem dan subway yang disebut U Bahn atau Untergrundbahn (kereta bawah tanah), yang siap mengantarkan warga dan para turis ke tempat-tempat yang diinginkan di dalam kota. Ada juga kereta yang dinamakan S Bahn atau Stadtschnellbahn (city rapid railway) untuk transportasi di dalam kota-kota besar. Semua kendaraan ini beroprasi sesuai dengan jadwal yang tersedia. Berangkat dan sampai di setiap tempat tujuan dengan tepat waktu. Yah, walaupun di kota kecil seperti Goettingen sempat ada bis yang terlambat datang, dan itu pun tidak lebih dari 10 menit, tapi cukup membuat saya telat datang kuliah, hehe… Di kota-kota besar juga biasanya menyediakan fasilitas peminjaman sepeda yang disediakan oleh pemerintah kota atau perusahaan yang sama dengan bis atau kereta di sana. Begitu banyak alternatif transportasi di sana, tinggal kita menentukan transport apa yang paling tepat untuk kita.

 

Trem di tengah kota Kassel, Jerman

Bagaimana dengan kenyamanan dan keamanannya?

 

Karena fasilitas-fasilitas transportasi di negara-negara Eropa di kelola oleh pemerintah (yang serius dalam memajukan negerinya) dan perusahaan swasta yang profesional, maka pelayanan, kenyamanan dan keamanan merupakan hal yang perlu diutamakan. Kita tidak perlu berdesak-desakan untuk berebut mendapatkan tempat duduk dan udara untuk bernafas di kereta atau bus untuk berangkat kerja atau sekolah atau harus menunggu kesal karena sang sopir tidak mau berangkat sebelum penumpang penuh karena transportasi di sana telah terjadwal dengan baik dan datang di halte atau stasiun setiap sekian menit saja. Tidak perlu ada pelecehan atau penjambretan di dalam transportasi umum di halte atau di stasiun seperti yang banyak terjadi di negeri kita, karena selalu ada polisi yang bisa diandalkan serta kamera pengawas yang selalu mengintai gerak-gerik kita.  Kita juga tidak perlu merasa terganggu dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh penumpang lain karena merokok di ruangan, di dalam transportasi umum dan di tempat umum lainnya sangat dilarang. Jadi saya rasa, cukup manusiawi ketika banyak orang di negeri kita yang lebih memilih untuk menginvestasikan uangnya untuk membeli kendaraan pribadi. Tapi lihat apa implikasinya sekarang? Macet, polusi, jumlah kecelakaan lalu lintas terus bertambah, konsumsi bensin melonjak, dll. Seharusnya pemerintah bisa mengantisipasi hal ini sejak awal kalau memang mereka serius dan memiliki visi yang jauh ke depan. 

 

The Munich U-Bahn (subway di Munich)

 

Di Jerman dan negara Eropa lainnya, mahasiswa (belum tahu apakah pelajar juga dapat fasilitas ini) dapat menggunakan fasilitas Semester Ticket yang diberikan oleh kampus. Dengan fasilitas ini kita sebagai mahasiswa bisa menggunakan transportasi di dalam kota dan transportasi antar kota sepuasnya selama satu semester tanpa harus bayar lagi. Tidak sepenuhnya gratis memang. Karena biaya untuk fasilitas ini juga sudah termasuk ke dalam SPP kita per semester. Semester ticket dari Uni Hannover dapat mencakup semua transportasi dalam kota seperti trem, subway, bis dll. Dengan semester ticket ini, mahasiswa dari Uni Hannover dapat pergi ke berbagai kota di wilayah Niedersachsen (Lower Saxony) seperti Hamburg, Bremen, Goettingen, dan kota-kota lainnya dengan menggunakan regional train tanpa harus membayar lagi. Lihat peta Lower Saxony di sini. 

 

Untuk warga yang lain (termasuk turis), mereka dapat memilih berbagai tawaran untuk membeli tiket atau karcis transportasi dalam kota secara paket. Ada paket harian, mingguan, bulanan, 6 bulanan atau tahunan. Semakin besar paket, semakin murah perhitungannya bila dibandingkan dengan single ticket. Tapi hal ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kita. Di Goettingen, harga untuk single ticket bis adalah 2 Euro. Cukup mahal memang, tapi harganya tetap di bawah biaya rata-rata untuk satu kali makan di luar. Tiket ini bisa kita gunakan lagi hingga satu jam setelah penggunaan pertama. Bagi rombongan turis atau keluarga, ada juga pilihan groupen ticket (tiket grup) untuk lebih menghemat biaya perjalanan. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan kita.

 

Tidak seperti di negara kita, bis di Eropa tidak akan menemukan kondektur. Begitu pun dengan trem dan kereta dalam kota. Mereka bekerja secara efektif dan efisien. Karena semua tugas cukup diemban oleh satu orang supir atau masinisnya. Saat bis, term atau kereta dalam kota berhenti di halte-nya yang terletak di berbagai titik dalam kota, calon penumpang sudah bersiap-siap. Mereka tidak akan masuk sebelum penumpang yang akan keluar, turun semua. Jangan lupa untuk memastikan nomor bis, trem atau kereta dalam kota yang mengarah ke tempat yang Anda inginkan! Kalau Anda turis dan belum mengenal kota yang Anda datangi, Anda bisa melihat peta kota dan rute perjalanan yang ada di setiap halte.

 

Di kota kecil Goettingen, umumnya terdapat dua pintu di dalam bis. Pintu masuk berada di bagian depan. Sedangkan pintu keluar ada di bagian tengah ataubDari sana kita akan berpapasan  dengan sopir yang juga berfungsi sebagai penjual karcis. Di dekatnya ada kotak uang yang memisahkan uang kertas dan koin berdasarkan nominalnya. Bagi yang memiliki kartu bis langganan, mereka hanya perlu menunjukannya pada sopir ketika mereka hendak masuk ke dalam bis. Untuk trem dan kereta dalam kota, karcis bisa dibeli di mesin otomatis yang terletak di dekat halte atau di dalam trem dan kereta dalam kota itu sendiri. Karcis yang berbentuk persegi panjang ini harus kita masukan ke mesin validasi yang tersedia di dalam  untuk mendapatkan cap tanggal kapan pertama kali karcis tersebut digunakan. Inilah yang dinamakan self-service. Semua dilakukan atas kesadaran sendiri. Apabila Anda ingin berhenti di halte berikutnya, Anda hanya perlu menekan tombol yang tersedia di dekat Anda.

 

Sistem transporasi bis yang dikelola oleh  Göttinger Verkehrsbetriebe (GöVB) atau Göttingen Transport Authority, perusahaan swasta yang bekerjasama dengan pemerintah setempat. Pada gambar di atas terlihat seorang gadis di dalam bis yang sedang menunjukan kartu langganannya pada bus driver.

Lalu bagaimana kalau tidak kita validasi? Atau bahkan tidak membeli tiket saat naik trem atau kereta?

 

Pemikiran negatif seperti ini wajar bila terlintas di otak manusia dan saya pun pernah menanyakan hal ini ke teman saya ketika berkunjung ke rumahnya di Dornbirn, Austria. Sebenarnya tidak ada alasan orang-orang untuk berlaku curang dalam urusan transportasi ini. Pihak penyelenggara bis atau transportasi lainnya telah memberika kepercayaan yang besar terhadap masyarakat. Toh selama ini mereka telah memberikan pelayanan terbaik mereka untuk orang-orang. Respect to respect. Orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan atau tempat tinggal pun mendapat tunjangan dari pemerintah setiap bulannya sebagai bentuk social service. Walau memang hal tersebut tidak menutup kemungkinan ada orang-orang yang bertindak curang. Oleh karena itu diadakan pemeriksaan. Tidak setiap hari memang, dan sifatnya random, tidak bisa ditebak kapan. Dan orang yang diperiksa pun random. Tidak semua. Apabila ketahuan tidak memiliki karcis yang valid, Anda bisa kena denda langsung yang sebenarnya telah diperingatkan dalam bentuk tulisan di dalam transportasi-transportasi tersebut, 40 Euro untuk transportasi dalam kota dan 65 Euro untuk transportasi antar kota. Apabila tidak bayar secara cash, maka denda akan ditambah 30 Euro. Anda benar-benar tidak dapat mengelak dari denda ini. Dengan melihat kartu identitas Anda, mereka akan tahu dimana alamat Anda dan di institusi apa Anda bekerja. Itulah kehebatan e-Residence Permit atau e-KTP. Mereka akan tahu semua detail Anda dengan mudah.

 

Urusan-urusan pelanggaran ini bukan lagi hal yang begitu sulit bagi pemerintah dan kepolisian di kebanyakan negara-negara Eropa. Saya pernah mendapatkan suatu cerita pengalaman dari kenalan saya yang waktu itu sedang mengabdi untuk Indonesia di Brussel, Belgia. Suatu hari beliau pernah mengendarai mobilnya sedikit lebih cepat dari batas maksimum yang ditetapkan kepolisian di sana(dibaca: ngebut). Awalnya beliau pikir tidak masalah karena beliau tidak melihat ada polisi di sana. Tapi ternyata setelah satu bulan kemudian, beliau mendapatkan surat denda dari kepolisian atas aksinya tersebut. Ternyata aksinya tersebut terekam oleh kamera pengawas yang ada di jalan-jalan. Dengan melihat nomor di plat mobilnya, polisi tahu kepada siapa polisi harus mengirimkan surat denda tersebut. 

 

Sepertinya tulisan saya terlalu melebar kemana-mana, tapi semoga dengan tulisan ini, pembaca dapat berpikir lebih kritis lagi tentang informasi yang didapat. Dan yang lebih penting lagi, dapat membayangkan bagaimana kondisi BBM dan sistem transportasi yang ada di kebanyakan negara-negara Eropa. Mengenai relevan atau tidaknya harga BBM di negara kita dan negara Eropa saya rasa pembaca dapat menjawab sendiri pertanyaan tersebut. Semoga tulisan ini bisa memberikan banyak wawasan dan pengetahuan baru.

 

Have a nice day!

 

Cek juga informasi tentang negara-negara dengan harga BBM termurah:

10 negara dengan harga BBM termurah

 

Sebagian besar teman-teman satu angkatan di jurusan saya sudah banyak yang lulus. Sebagian ada yang sudah bekerja, sebagian masih dalam proses pencarian, sebagian ada yang sedang mempersiapkan untuk melanjutkan ke S2, atau bahkan mempersiapkan S-3 (dibaca Eestree). Hanya beberapa saja yang masih belum lulus dan berkutat dengan penelitian. Karena program mobility yang saya ikuti, jadi saya baru memulai lagi penelitian di awal semester ini. Setelah penelitian yang dulu terpaksa dicancel karena saya harus meninggalkan kampus ini selama satu semester.

 

Saya sangat enjoy dengan kehidupan saya di kampus. Saat ini saya menjalani penelitian dan kuliah bersama adik-adik kelas. Menjadi salah satu keuntungan juga bagi saya karena saya bisa lebih dekat dengan adik-adik kelas di jurusan. Dan sekarang prioritas utama saya adalah graduate as soon as possible. Saya termasuk orang yang sangat menikmati setiap pembelajaran, baik di perkuliahan, di organisasi atau kehidupan sosial. Kalau memang ada rizki dan kesempatan, saya ingin sekali melanjutkan sekolah s2 ke luar negeri. Bukan karena gaya-gayaan. Tapi karena ilmu yang ingin saya tekuni ada di negeri lain. Bahkan saya pun sudah menetapkan tema riset untuk S2 nanti dan kebetulan saya mengenal beberapa profesor yang cukup expert dalam bidang yang ingin saya tekuni ini di luar sana. Semoga ada nanti ada beasiswa yang mau menerima saya. Aamiin.

 

Saya memang dulu dikenal dosen sebagai mahasiswa yang suka kabur-kaburan. Ikut conference dan program mobility ke luar ga bilang-bilang ke dosen pembimbing skripsi. Tapi mungkin karena itulah banyak dosen dan teman-teman mengenal saya. Sampai-sampai kalau bertemu, mereka akan bertanya, Hayo, mau jalan ke mana lagi?. OK, sekarang saatnya untuk memperbaiki image saya di mata dosen dan teman-teman. Saya akan fokus pada penelitian dan perkuliahan saya di kampus ini. Kelulusan saya sekarang berada di prioritas teratas, top priority. Maka diperlukan strategi yang jitu untuk mencapai hal tersebut.

 

Walaupun penelitian saya sekarang akan banyak di lapang, tapi sepertinya saya harus meniru budaya kerja teman-teman yang sedang S3 di luar sana. Sederhana sih, tapi cukup sulit untuk dilaksanakan. Apalagi buat saya yang lebih suka mobile. Ada atau tidak ada jadwal khusus tentang riset atau penelitian, maka saya harus tetap datang ke lab secara disiplin. Dosen-dosen Indonesia yang sedang menempuh pendidikan s3 di Jerman, setiap hari kerja harus berada di lab atau ruangan kerjanya dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Tidak boleh telat sedikit pun, apalagi pulang lebih awal. Bisa-bisa kena marah professor. Jangan salah, professor di sana bisa dibilang seperti dewa, hehe… Mereka bisa menentukan masa study kita apakah bisa diperpanjang, atau malah diperpendek. Maksudnya apa? Kita bisa saja dipulangkan secara paksa (baca: deportasi) bila kita dianggap telah menyalahi kode etik akademisi yang berlaku di sana. Mereka juga bisa mempengaruhi pemerintah daerah dalam proses pembuatan visa untuk keluarga kita apabila kita hendak mengundang keluarga kita untuk menemai kita selama study di sana. Karena sebenarnya diterima atau tidaknya visa seseorang tergantung pada pemerintah daerah tempat yang akan kita tuju. Kedutaan hanyalah fasilitator dalam penyiapan berkas untuk disalurkan ke pemerintah daerah tersebut. Maka buatlah hubungan baik dengan professor Anda.

 

Saya sudah mencoba budaya ini selama beberapa hari terakhir, walaupun masih suka telat dan pulang lebih awal, hehe… Dan hal ini benar-benar membantu saya. Walau tadinya tidak ada pekerjaan yang diagendakan, tapi kalau sudah dilab, maka secara tidak langsung akan membuat kita mencari hal-hal untuk bisa dikerjakan, seperti membaca literatur, berdiskusi dengan laboran di sana, membantu penelitian teman, atau mulai mencicil skripsi. Banyak teman saya yang sudah tidak ada perkuliahan lagi dan seharusnya segera menyelesaikan penelitiannya, malah lebih banyak tinggal di kostan (saya juga awalnya seperti itu, hehe…), akibatnya malah terbawa malas. Siang baru bangun, terus nonton film di laptop seharian, dan main game atau nonton bola semalaman.

 

Menjelang UTS

 

Have a nice study!!

 

Bagi orang-orang Asia Tenggara yang pertama kali datang ke Eropa, awalnya mereka pasti shock. Shock karena melihat harga barang-barang termasuk makanan yang bisa berkali-kali lipat apabila dibandingkan dengan harga-harga di negaranya. Di Jerman, untuk satu kali makan biasanya sekitar 4 Euro. Apabila satu Euro setara dengan 12.000 rupiah. Maka, satu kali makan disini sama dengan 8 kali makan di wilayah kampus IPB Darmaga, Bogor, atau bahkan lebih.

 

Mahalnya harga barang-barang di negara-negara Eropa juga diakui oleh orang-orang Eropa sendiri. Bahkan beberapa teman-teman saya disini selalu berhati-hati apabila ingin membeli sesuatu. Apalagi kita-kita yang masih mahasiswa. Kita selalu mencari cara untuk bisa berhemat dan apabila memungkinkan, mencari penghasilan tambahan.

 

Harga barang-barang di Eropa memang jauh lebih mahal, salah satunya karena nilai  VAT (Value Added Tax, –di Indonesia disebut Pajak Pertambahan Nilai)-nya yang cukup tinggi. Tahun 2006, EU sepakat untuk menerapkan nilai VAT minimum 15% di negara-negara yang termasuk anggotanya. Di Jerman sendiri, nilai VAT yang ditetapkan pemerintahnya adalah 19% dari nilai barang. Eits…jangan salah. Itu bukan yang tertinggi  bila dibandingkan negara-negara EU yang lain. Slovakia dan Austria nilai VAT-nya adalah 20%. Sedangkan yang tertinggi adalah Hungary, yaitu 25%. Kalau tidak percaya, coba cek disetiap transaksi yang Anda lakukan di negara-negara tersebut. Tapi, berdasarkan fakta dan pengalaman, justru harga barang-barang (setelah kena pajak) di Hungary justru lebih murah dari negara-negara tersebut. Jangan bingung. Semua ini disebabkan harga pokok dari suatu barang yang berbeda-beda di setiap negara. Banyak faktor yang memepengaruhinya.

 

Tapi jangan khawatir, kita yang bukan merupakan warga EU bisa melakukan usaha-usaha untuk mengambil kembali (reclaim) pajak yang telah kita bayarkan. 

 

Wait for my next writing: 

Heimvorteil.

Tax Free Shopping.  

 

One night, I was walking to the downtown with my German friends. It was cold and little bit rainy. And one of my German friend (MGF) was holding a bottle.

 

Me : Hey, I want to ask something, is it easy to buy a beer or cigarette in this country?

MGF : At least you need to be 18 first. Because sometimes the seller will ask for your ID to make sure that you are more than 18 years old. Some years ago it was still 16, but now become 18.

Me: Why do they need to ask for the ID? Don’t they think it’s better if they can sell more their products? 

MGF : Because if the police found out there is a kid or teenager drinks beer or smokes, they will also punish the seller.

Me: What kind of punishment?

MGF: I’m not sure. Maybe the police will not allow them to sell beer or cigarette anymore. But hey, if you want, I can buy them for you. I think there’s no police around here.

Me: Thanks for thinking that I’m still teenager. But actually I’m not (hehehe…. Smile with tongue out). I don’t smoke or drink alcohol. Unhealthy. And drinking alcohol is not allowed in my religion.

MGF: Ah, I forgot about it. There’s no teenager doing master course anyway, hahaha…..

 

Do you want to know how the police looks like in Germany?

 

 AC Schnitzer BMW 123d Polizei 22

 

Turunnya hujan beberapa hari yang lalu menghapuskan putihnya salju di kota kecil ini. Udara kembali menghangat. Cuaca tahun ini tidak seperti biasanya. Musim panas dan musim gugur yang lebih panjang, musim dingin yang sangat terlambat. Banyak orang-orang yang kecewa karena tidak ada White Christmas 25 Desember lalu. Padahal tahun 2010, salju turun lebih awal dan lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya. Suhu bisa mencapai kurang dari –25oC. Mungkin hal ini disebabkan oleh perubahan iklim (climate change) yang selalu menjadi isu hangat untuk dibicarakan sejak tahun 2000an. Atau mungkin ini merupakan anomali El-Nino atau La-Nina yang biasa terjadi secara periodik selama beberapa tahun.

 

Apapun yang terjadi, yang jelas fenomena alam ini telah membawa dampaknya dalam kehidupan manusia. Terutama bagi mereka yang fokus di bisnis produksi dan distribusi pakaian musim dingin. Terakhir saya lihat di toko-toko pakaian, mereka memutuskan untuk memberi diskon besar-besaran untuk pakaian-pakaian musim dingin. Bahkan potongan harganya bisa mencapai lebih dari 50%. Di beberapa toko, diskon besar-besaran sebenarnya sudah bisa dilihat ketika Christmas sudah berakhir. Ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi mereka yang senang shoping. Tapi bagi saya, walaupun diskonnya mencapai 70% atau lebih, tetap saja tidak rasional apabila dibandingkan dengan harga-harga di tanah air untuk jenis barang yang sama. Have a nice day!